Kominfo Bersama Kanzus Sholawat Habib Luthfi, Gelar Chip In Literasi Digital di Kota Pekalongan

TheIndonesiaTimes – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemen Kominfo) bekerja sama dengan Kanzus Sholawat pimpinan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.

Akan menyelenggarakan acara seminar ‘Chip In Literasi Digital untuk Masyarakat Komunitas’ dengan tema Pemanfaatan Media Sosial bagi Penyuluh Agama, bertempat di Gedung Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, pada Kamis malam (4/5/2023).

Staf Khusus Menkominfo, Rosarita Niken Widiastuti, hadir sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan ini.

Kegiatan Chip In Literasi Digital ini merupakan satu rangkaian acara Halalbihalal Jam’iyyah Rotibul Kubro 1444 H/2023 M, dan rencananya akan dihadiri oleh ribuan orang jemaah.

Niken menjelaskan bahwa Chip In Literasi Digital bagi Masyarakat Komunitas dengan tajuk ‘Pemanfaatan Media Sosial bagi Penyuluh Agama’ ini dilatarbelakangi pesatnya perkembangan teknologi digital, mencakup teknologi komunikasi dan digitalisasi informasi melalui perangkat internet.

Pesatnya perkembangan teknologi digital ini pun harus direspon oleh para penyuluh agama agar tidak tertinggal dan lebih efektif dalam kegiatan dakwahnya.

Berdasarkan data, perkembangan penggunaan internet di dunia dewasa ini sudah sangat luar biasa. Data dari Weare Social dan Hoot suite tentang lanskap digital dunia, bahwa di tahun 2020 ini pengguna internet telah mencapai angka 4,5 miliar orang atau lebih dari 60% penduduk dunia menjadi pengguna internet.

Sementara, pengguna internet di Indonesia di tahun 2020 mencapai 175,4 juta dengan penetrasi mencapai 64 persen. Itu artinya, dari total 272,1 juta populasi di Indonesia, sebesar 64 persennya telah terkoneksi internet.

Para pengguna internet tersebut hampir seluruhnya 171 juta orang atau 98% dalam mengakses internet menggunakan perangkat mobile. Pengguna tersebut 96% sudah menggunakan smartphone, sementara sisanya 5,3% masih menggunakan ponsel fitur. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 4 jam 46 menit untuk mengakses internet, di mana terutama dipergunakan untuk bermedia sosial.

“Adapun pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 160 juta dengan penetrasi 59 persen dari total populasi,” beber Niken dalam siaran persnya, Rabu (3/5/2023).

Maka, media digital dengan segala kemudahannya mendorong manusia mengalihkan berbagai aktivitas hidup melalui perangkat digital ini. Tak terkecuali aktivitas keagamaan, aspek-aspek sosial dari keagamaan banyak yang dapat dilakukan melalui media digital di antaranya pembinaan keagamaan.

Pada saat sekarang ini, banyak aktivitas dakwah atau pembinaan keagamaan yang memanfaatkan media digital melalui live/streaming dengan menggunakan berbagai media sosial seperti Youtube, Facebook, Instragram, Zoom Meeting, Google Meet, dan sebagainya,” ungkapnya.

Lembaga-lembaga keagamaan, ormas keagamaan, lembaga dakwah, maupun tokoh-tokoh agama banyak melakukan ceramah keagamaan yang secara lagsung (live) disiarkan melalui media sosial dan internet ataupun direkam dan ditayangkan di internet melalui youtube.

“Fenomena ini nampaknya akan menjadi tren pembinaan keagamaan di masa yang akan datang,” ungkapnya.

Hasil penelitian dari Tim Peneliti bidang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balai Litbang Agama Semarang (Haryanto dkk., 2020) menunjukkan bahwa teknologi digital atau internet ini telah dimanfaatkan oleh banyak kalangan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan umat atau dakwah.

Strategi menggunakan media digital ini yang awalnya hanya sebagai pelengkap, pada saat sekarang ini beranjak menjadi strategi dan media yang utama dalam pembinaan keagamaan.

Namun, strategi menggunakan media digital dalam kegiatan beragama sebaiknya diimbangi dengan pengetahuan tentang literasi digital.

Pengetahuan literasi digital ini merupakan salah satu fokus penting pemerintah demi menurunkan angka penyebaran disinformasi melalui media digital yang marak saat ini terjadi.

“Literasi Digital Indonesia digunakan sebagai acuan dalam merancang kurikulum Program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024,” tandasnya.

Dia menyebutkan ada 4 pilar yang menjadi bagian dari kerangka kerja pengembangan kurikulum Literasi Digital, yaitu: Digital Skill atau kecakapan digital; Digital Culture atau budaya digital; Digital Ethics atau etika digital; dan Digital Safety atau kemanan digital.

Keempat pilar kerangka pengembangan kurikulum Literasi Digital ini digunakan sebagai pengukuran kognitif dan atraktif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

Akan tetapi dua diantaranya merupakan aspek yang bersinggungan langsung dengan kegiatan penyuluhan agama. Dua aspek tersebut ialah Etika Digital dan Kecakapan Digital.

Dalam dunia digital, media sosial merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam menyebarkan segala bentuk informasi. Banyak macam media sosial yang beredar saat ini yang digunakan oleh generasi muda.

“Oleh sebab itu, para penyuluh agama diwajibkan untuk terus mempelajari kemajuan teknologi internet saat ini, khususnya para penyuluh agama yang terbiasa dengan metode lama dalam memberikan penyuluhan agamanya,” imbuh Niken.

Para penyuluh agama diharapkan memiliki kecakapan digital seperti mampu menggunakan perangkat IT, mengenal bahkan memahami perangkat lunak ataupun aplikasi media sosial yang saat ini berkembang, terampil dalam membuat konten untuk memberikan informasi dalam kegiatan keagamaan.

Dalam penyebaran ilmu keagamaan digital pun wajib memperhatikan sudut pandang etika digital. Dimana para penyuluh agama harus tetap jujur dan memberikan konten-konten positif, sehingga dapat menghindari penyebaran berita atau informasi hoaks dan dapat mencegah perselisihan antar umat beragama.

Literasi digital merupakan pondasi utama dalam berdigitalisasi dengan bijak.
Berdasarkan hal tersebut, Program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024 wajib dilaksanakan sebaik mungkin dan tepat sasaran agar masyarakat semakin cerdas dalam menerima informasi khususnya informasi melalui digital.

“Melalui program tersebut maka salah satu yang dapat dilaksanakan adalah pemberian edukasi ke beberapa wilayah di Indonesia yang saat ini dilakukan di daerah Pekalongan, Jawa Tengah,” jelas Niken.

Manfaat dan Tujuan Chip In Literasi Digital

Lebih lanjut, Niken berharap melalui kegiatan “Chip in literasi digital” ini dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat untuk lebih bijak dalam penggunaan digital, memilih informasi atau ilmu keagamaan yang tepat.

Selain itu, para penyuluh agama pun dapat memberikan informasi secara jelas dan jujur melalui media sosial atau platform yang sedang berkembang saat ini. Para penyuluh profesional diwajibkan melek teknologi di era digitalisasi saat ini.

“Sehingga masyarakat maupun para penyuluh lebih cakap berdigital mengenai ilmu keagamaan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mengingat makin tingginya kasus yang menyimpang dari norma-norma kehidupan saat ini,” tambah dia.

Adapun tujuan dari diselenggarakan kegiatan ini, lanjut Niken, di antaranya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kegiatan keagamaan di media sosial di Pekalongan.

Selain itu, memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar literasi digital, sehingga masyarakat dan penyuluh agama semakin cakap digital dalam memperoleh ilmu atau informasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Manfaat kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat serta keterampilan para penyuluh agama dalam menyebarkan ilmu agama dan menebar kebajikan melalui media sosial,” pungkas Niken.

Usai acara seminar, kegiatan akan dilanjutnkan dengan rangkaian Halalbihalal Jam’iyyah Rotibul Kubro 1444 H/2023 M. Halalbihalal akan meriahkan dengan qasidah dan shalawatan yang dipandu oleh Haddad Alwi.

Acara dilanjutkan dengan tausyiah oleh KH Miftha Maulana Habiburrahman, atau biasa dikenal dengan nama Gus Miftah, serta tausyiah oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.***