TheIndonesiaTimes – Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Suswono, menjadi sorotan setelah guyonannya mengenai “janda kaya menikahi pemuda pengangguran” menimbulkan kontroversi di masyarakat. Dalam sebuah acara sosialisasi bersama relawan, Suswono sempat melontarkan pernyataan yang ia maksudkan sebagai candaan, namun ternyata menimbulkan protes dari berbagai kalangan. Meskipun telah meminta maaf, sejumlah kelompok masyarakat merasa pernyataan itu tidak pantas dan menilai bahwa ada unsur penghinaan yang disampaikan.
Suswono dengan cepat merespons kritik tersebut dan menyampaikan permintaan maafnya secara terbuka. Pada Senin, 28 Oktober 2024, ia mengakui bahwa pernyataannya, meskipun diniatkan sebagai candaan, bisa dianggap kurang pantas dan salah tempat. “Saya menyadari bahwa candaan tersebut telah menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Untuk itu, saya meminta maaf dan mencabut pernyataan tersebut,” ujar Suswono. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada maksud untuk merendahkan atau menyinggung siapa pun, terutama kaum janda.
Politisi Ramdan Alamsyah, yang ikut menanggapi polemik ini, menyatakan bahwa kasus tersebut tidak seharusnya dibawa ke ranah hukum. Menurutnya, pernyataan Suswono memang tidak tepat, tetapi tidak ada unsur pidana di dalamnya. “Ini hanya soal kepatutan dan etika dalam berkomunikasi. Tidak perlu dibawa ke ranah hukum, apalagi sampai dianggap sebagai penistaan agama,” ujar Ramdan. Ia juga menambahkan bahwa permintaan maaf Suswono seharusnya kita dapat menjadi penutup dari polemik ini.
Namun, Ormas Betawi Bangkit justru melaporkan Suswono ke Polda Metro Jaya atas dugaan penistaan agama. Menurut Ramdan, laporan ini seharusnya tidak ⁸masuk ke kepolisian, melainkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) jika memang dianggap ada pelanggaran kampanye. “Kampanye politik memiliki aturan yang diawasi oleh Bawaslu, jadi ini seharusnya menjadi ranah Bawaslu, bukan kepolisian,” tegasnya. Ramdan menghargai kontrol sosial dari masyarakat, tetapi ia berharap penanganan isu ini sesuai prosedur.
Di tengah kontroversi, Suswono menjelaskan bahwa guyonannya merupakan respons terhadap celetukan seorang warga yang hadir dalam acara tersebut. Ia mengaku, niatnya semata-mata untuk menggugah perhatian terhadap kesejahteraan anak yatim dan janda di Jakarta, serta pentingnya keterlibatan pemuda dalam program pembangunan. Namun, ia menyadari bahwa ucapannya berpotensi disalahpahami dan berjanji untuk lebih bijaksana dalam menyampaikan pesan.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan pelajaran bagi para calon pemimpin dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Dalam suasana politik yang dinamis, para kandidat diharapkan berhati-hati agar pernyataan mereka tidak menyinggung pihak mana pun. Meski polemik ini sudah mulai mereda, banyak pihak berharap agar kasus ini menjadi momen refleksi bagi para calon pejabat untuk menunjukkan keteladanan dalam sikap dan ucapan.