Diagnosis kanker darah menggunakan sampel cairan seperti sampel darah dan cairan sumsum tulang sehingga membutuhkan pemeriksaan yang lebih mendalam dan spesifik untuk masing-masing jenis kanker.
Selama sekian dekade, kemoterapi merupakan jenis pengobatan utama bagi kanker darah, memiliki efek samping yang berat terutama bagi pasien yang rentan seperti anak-anak dan pasien usia tua.
Namun, setelah munculnya jenis pengobatan baru seperti agen bertarget, kemoterapi mulai ditinggalkan.
Menurut Dr Lee pengobatan bertarget ini pertama kali muncul sekitar 20 tahun yang lalu, dan saat ini perkembangannya pesat. Efek samping pengobatannya pun bisa lebih ditoleransi dibandingkan dengan kemoterapi konvensional.
Pengobatan bertarget akan lebih sedikit menyebabkan kerusakan sel normal serta memiliki tingkat kemanjuran pengobatan yang lebih tinggi. “Contohnya pada kasus lekuemia myeloid akut atau AML, kombinasi agen bertarget inhibitor FL3 dengan kemoterapi memiliki angka kelangsungan hidup 75%, dibandingkan dengan kelangsungan hidup pasien yang diberi kemoterapi konvensional saja yaitu 25%,” jelasnya dalam bincang santai bersama media mengenai pengobatan Kanker Darah, Kamis (30/5/2024).