TheIndonesiaTimes -Kekurangan zat besi atau anemia defisiensi besi masih menjadi ancaman kesehatan yang sering diabaikan, padahal dampaknya bisa meluas hingga ke masa depan generasi muda Indonesia. Kondisi ini tidak hanya membuat tubuh lemas, tetapi juga menurunkan kemampuan berpikir, belajar, dan berprestasi.

Dalam gelaran IdeaFest 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), isu bahaya anemia menjadi sorotan utama melalui sesi IdeaTalks bertajuk “Fueling the Future: Fighting Iron Deficiency Anemia, Empowering the Next Generation.” Sesi ini menghadirkan pakar medis dan tokoh muda untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan zat besi sejak dini.

dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS menjelaskan bahwa defisiensi zat besi merupakan silent condition—gangguan gizi yang kerap tidak disadari karena gejalanya muncul perlahan. “Kekurangan zat besi tidak hanya membuat anak cepat lelah, tapi juga mengganggu perkembangan otak. Akibatnya, kemampuan konsentrasi, kecerdasan, hingga produktivitas bisa menurun,” ungkapnya, Sabtu (1/11/2025).

Ia menambahkan, Indonesia masih berada di peringkat keempat dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara, di mana satu dari tiga anak dan perempuan usia produktif mengalami kekurangan zat besi. Bahkan, survei menunjukkan separuh ibu di Indonesia belum mengetahui bahwa anemia bisa berdampak pada kecerdasan anak.

Secara medis, zat besi adalah komponen penting pembentuk hemoglobin—protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika kadar zat besi menurun, suplai oksigen ke otak ikut berkurang. Kondisi ini menyebabkan otak bekerja lebih lambat, memicu gangguan konsentrasi, cemas, dan mudah lelah.

Jika dibiarkan, anemia dapat menimbulkan dampak jangka panjang, termasuk gangguan perkembangan kognitif, keterlambatan belajar, hingga penurunan prestasi akademik. Pada usia produktif, anemia bisa menghambat daya tahan tubuh dan menurunkan kinerja seseorang di tempat kerja.

Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical Science Director Sarihusada, memerangi anemia harus menjadi prioritas nasional. “Kekurangan zat besi bukan hanya masalah medis, tetapi juga ekonomi dan sosial. Generasi yang tidak sehat tidak akan mampu bersaing secara global,” tegasnya.

Untuk mencegah anemia, masyarakat disarankan mengonsumsi makanan tinggi zat besi seperti daging merah, hati ayam, telur, ikan, serta sayuran hijau dan kacang-kacangan, disertai Vitamin C agar penyerapan zat besi meningkat.

Bahaya anemia mungkin tidak tampak seketika, namun dampaknya nyata: menggerogoti potensi generasi muda secara perlahan. Melalui edukasi dan kesadaran kolektif, Indonesia diharapkan mampu mencetak generasi yang lebih sehat, cerdas, dan bebas anemia.